Minggu, 25 Oktober 2015

MAKALAH ULUMUL QUR’AN “ASBABUN NUZUL”



MAKALAH ULUMUL QUR’AN
“ASBABUN NUZUL”



  
  
Dosen Pengampu:
MAHBUB JUNAIDI M.Th I

     Di Susun Kelompok 2:
1. Ana Fadhilatin (14110005)
2. Lailatul Masfufah (14110014)
3. Ririn Muktamiroh (14110035)
4. Rizky Amalia (14110036)




UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2015



KATA PENGANTAR
             Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asbabun ” ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad  SAW. yang telah membimbing kami dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang yakni agama Islam.
Makalah ini memuat pendahuluan, pembahasan, penutup, dan daftar pustaka. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an pada semester III Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam UNISDA Lamongan.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang berperan dalam penyusunan makalah ini.  Dengan menggunakan makalah ini semoga kegiatan belajar dalam memahami materi ini dapat lebih menambah sumber-sumber pengetahuan. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini belum bisa dikatakan mencapai tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu kami butuhkan. Mohon maaf apabila ada kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiiiin.

Lamongan, 10 Oktober 2015

Penulis
   

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………iii
BAB I: PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.........................................................................................1
B.     Rumusan masalah....................................................................................1
C.    Tujuan .....................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN
A.    Pengertian Asbabun Nuzul.......................................................................3
B.     Bagaimana Cara Mengetahui Asbabun Nuzul.........................................3
C.    Sebab-Sebab Turunnya Ayat (Asbabun Nuzul).......................................3
D.    Beberapa Pandangan Ulama Tentang Asbabun Nuzul.………….……..4
E.     Beberapa Contoh Ayat Yang Mempunyai Asbabun Nuzul.……………5

BAB III: PENUTUP
A.    Kesimpulan....................................................................................................7
B.     Kritik dan Saran......... ...................................................................................7

 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................8



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-Qur’an adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur’an sendiri dalam proses penurunannya mengalami banyak proses yang mana dalam penurunannya itu berangsur-angsur dan bermacam-macam nabi menerimanya. Kita mengenal turunnya Al-Qur’an sebagai tanggal 17 Ramadhan. Maka setiap bulan 17 Ramadhan kita mengenal yang namanya Nuzulul Qur’an yaitu hari turunnya Al-Qur’an.
Mengetahui latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, akan menimbulkan perspektif dan menambah khazanah perbendaharaan pengetahuan baru. Dengan mengetahui hal tersebut kita akan lebih memahami arti dan makna ayat-ayat itu dan akan menghilangkan keraguan-keraguan dalam menafsirkannya. Dalam penurunan Al-Qur’an terjadi di dua kota yaitu Madinah dan Mekkah. Surat yang turun di Mekkah disebut dengan Makkiyah sedangkan surat yang turun di Madinah disebut dengan surat Madaniyah.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan rumus­an masalah sebagai berikut :
1.  Apa pengertian dari Asbabun nuzul itu ?
2.  Bagaimana cara mengetahui Asbabun Nuzul?
3.  Sebab-sebab turunnya Asbabun Nuzul?
4.  Bagaimana pandangan para ulama tentang Asbabun Nuzul?
C. Tujuan
1.  Untuk mengetahui pengertian dari Asbabun nuzul itu.
2.  Untuk memahami cara mengetahui dari asbabun nuzul.
3.  Untuk mengetahui  sebab-sebab turunnya  asbabun nuzul.
4.  Untuk mengetahui beberapa pandangan ulama tentang Asbabun Nuzul.
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Asbab An-Nuzul
Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “Asbaba” dan “Nazala”, kata “Asbaba” merupakan jama’ dari kata “Sababa” yang berarti sebab, maka “Asbaba” mempunyai arti sebab-sebab. Sedangkan kata “an-Nuzul” berasal dari kata “Nazala” yang berarti turun. secara Etimologi, asbab An-Nuzul adalah sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.[1]
Sedangkan­ secara terminology yang dirumuskan oleh para ulama, diantaranya adalah:
1)  Menur­ut Az-Zarqoni: “Asbab An-Nuzul” adalah peristiwa atau kejadian yang terjadi serta ada hubungannya dengan turunnya ayat Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada saat itu terjadi.
2)  Ash-­Shabuni “Asbab An-Nuzul” adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
3)    Shubhi­ shalih
         ما نز لت الأ ية أوالا يات بسببه متضمّنة له أ و مجيبة أو مبينة لحكمه زمن وقوعه
       Artinya:“Asbab an-Nuzul” adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat Al-Qur’an (ayat-ayat) terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.[2]

Meskipun­ redaksi pendefinisian diatas sedikit berbeda, namun pada intinya asbab an-nuzul adalah kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Qur’an, dalam rangka menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari setiap kejadian. Hal ini mempermudah kita untuk memahami perintah-peirntah dalam Al-Qur’an, karena sudah tentu bahan-bahan sejarah ini melingkupi peristiwa pada masa Al-Qur’an turun.
B. Cara Mengetahui Asbabun Nuzul.[3]
Asbabun Nuzul tidak bisa diketahui semata-mata dengan akal (rasio), tidak lain mengetahuinya harus berdasarkan riwayat yang shahih dan didengar langsung dari orang-orang yang mengetahui turunnya Al-Qur’an, atau dari orang-orang yang memahami Asbabun Nuzul, lalu mereka menelitinya dengan cermat, baik dari kalangan sahabat, tabi’in atau lainnya dengan catatan pengetahuan mereka diperoleh dari ulama-ulama yang dapat dipercaya.
Ibnu Sirin mengatakan “saya pernah bertanya kepada Abidah tentang satu ayat Al-Qur’an, beliau menjawab; Bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah yang benar sebagaimana orang-orang yang mengetahui di mana Al-Qur’an turun”
            Salah satu cara mengetahui Ababun Nuzul berupa riwayat yang shahih adalah apabila perawi sendiri menyatakan lafazh sebab secara tegas, dalam hal ini merupakan nash yang nyata.




C.    Sebab-sebab turunnya Ayat (Asbabun Nuzul)
Mengutip pengertian dari Subhi al-Shaleh kita dapat mengetahui bahwa asbabun nuzul ada kalanya berbentuk peristiwa atau juga berupa pertanyaan, kemudian asbabun nuzul yang berupa peristiwa itu sendiri terbagi menjadi 3 macam:[4]
1.      Peristiwa berupa pertengkaran.
Seperti kisah turunnya surat Ali Imran : 100. Yang bermula dari adanya perselisihan oleh kaum Aus dan Khazraj hingga turun ayat 100. dari surat Ali Imran yang menyerukan untuk menjauhi perselisihan
“ Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang- orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.”
2.  Peristiwa berupa kesalahan yang serius.
Contoh : Saat itu ada seorang Imam sholat dalam keadaam mabuk, sehingga salah mengucapkan surat Al-Kafirun, dan kemudian turunlah surat An-Nisa’ dengan Perintah untuk menjauhi sholat dalam keadaan mabuk.
“  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan....”
3. Peristiwa karena suatu hasrat atau cita-cita.[5]
Ini dicontohkan dari sebagian sahabat Rosulullah yang mempunyai 3 cita-cita besar dan salah satunya adalah permintaan Umar kepada Rosulullah tentang maqam Ibrahim sebagai tempat shalat, lalu turun ayat:
والتخذ وامن مقام ابراهيم مصلّى


Sedangkan peristiwa yang berupa pertanyaan dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1.        Pertanyaan tentang masa lalu seperti :
وَيَسْأَلُونَكَ عَن ذِي الْقَرْنَيْنِ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُم مِّنْهُ ذِكْراً
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya". (QS. Al-Kahfi: 83).
2.      Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu seperti ayat:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra’ : 85).
3.      Pertanyaan tentang masa yang akan datang
 “(orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya?”
D.    Beberapa pandangan Ulama tentang Asbabun Nuzul
Para ulama tidak sepakat mengenai Asbabun Nuzul. Mayoritas ulama tidak memberikan keistemewaan khusus kepada ayat-ayatyang mempunyai riwayat Asbabun Nuzul, karena yang terpenting bagi mereka apa yang tertera didalam redaksi ayat. Jumhur ulama kemudian menetapkan suatu kaidah yaitu:” yang dijadikan pegangan iala keumuman lafal, bukan kekhususan sebab”. Sedangkan minoritas ulama memandang penting keberadaan riwayat-riwayat Asbabun Nuzul didalam memahami ayat. Golongan ini juga menetapkan suatu kaidah yaitu: “ yang dijadikan pegangan adalah kekhususan sebab, bukan keumuman lafal ”. jumhur ulama berpendapat bahwa ayat-ayat yang diturunkan berdasarkan sebab khusus tetapi diungkapkan dalam bentuk lafal umum. Az-Zarkasyi dalam menghubungkan kekhususan sebab turunnya suatu ayat dengan keumuman bentuk dan rumus kalimatnya. Dia mengatakan “ada kalanya turunnya sebab turunnya ayat bersifat umum”. Ini untuk mengingatkan bahwa didalam lafadz yang bersifat umum terdapat hal yang perlu diperhatikan.
Sebagai contoh, turunnya QS.Al-Maidah (5):38. “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari allah. Dan Allah maha perkasa lagi maha bijaksana. “ayat ini turun berkenaan dengan pencurian sejumlah perhiasan yang dilakukan seseorang pada masa nabi. Mayoritas ulama memahami ayat tersebut berlaku umum, tidak hanya kepada yang menjadi sebab turunnya ayat. Sebaliknya, minoritas mempunyai sisi pandangan lain  mereka berpegang kepada kaida lafal umum, bukan untuk menjelaskan suatu peristiwa atau serba khusus, mengapa tuhan menunda penjelasan-penjelasan hukumnya hingga terjadi peristiwa tersebut. Berbeda dengan pendapat mayoritas ulama yang menolak pendapat kedua dengan alasan bahwa lafal umum iala kalimat baru, dan hokum yang terkandung didalamnya bukan merupakan hubungan kausal dengan peristiwa yang melatarbelakanginya. Bagi kelompok ulama ini kedudukan Asbabun Nuzul ini tidak terlalu penting.
Sebaliknya minoritas ulama menekankan pentingnya riwayat Asbabun Nuzul dengan memberikan contoh tentang Al-Baqarah (2):115, yaitu: “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat , maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah maha luas (Rahmat-Nya) lagi maha mengetahui”. Jika hanya berpegang pada redaksi ayat, maka hukum yang dipahami dari ayat tersebut adalah tidak wajib menghadap kiblat pada waktu sholat, baik dalam keadaan musyafir atau tidak. Pemahaman secara ini jelas keliru karena bertentangan dengan dengan dalil lain dan ijma’ para ulama akan tetapi memperhatikan Asbabun Nuzul ayat tersebut, maka dipahami bahwa ayat itu bukan ditujuhkan kepada orang-orang yang berada pada kondisi biasa atau bebas, tetapi pada orang-orang yang karena sebab tertentu tidak dapat menentukan arah kiblat. Kaidah kedua lebih kontestual, tetapi persoalannya ialah tidak semua ayat-ayat Al-Qur’an mempunyai Asbabun Nuzul jumlahnya sangat terbatas. Sebagian diantaranya tidak shahih, ditambah lagi satu ayat kadang-kadang mempunyai dua atau lebih riwayat Asbabun Nuzul.

E. Beberapa Contoh Ayat Yang Mempunyai Asbabun Nuzul:
1. Asbabu­n Nuzul surat An Nisa’ ayat 51
Sebab-sebab turun ayat ini adalah seorang Yahudi Mandinah bernama Ka’ab Ibnu Asyraf datang berkunjung ke Mekkah. Ia menyaksikan perang Badar dan mendorong orang kafir Quraisy menuntut bela dan memerangi Muhammad SAW. Kemudian orang-orang Quraisy bertanya kepada Ka’ab yang mengetahui Al Kitab (Taurat): “Siapakah yang lebih benar jalannya (siapakah yang berbeda dipihak yang benar ?) apakah Muhammad SAW ?. lalu Ka’ab menjawab: “kalianlah yang benar”, justru ucapan itu, maka Ka’ab telah berdusta dan mendapatkan kutukan oleh Allah SWT terhadap orang-orang berpandangan demikian,kemudian turunlah surat An Nisa’ ayat 51 yang berbunyi:Artinya: Ap­akah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab? mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.
2. Asba­bun Nuzul surat Al Maidah ayat 93
Sebab-sebab turunya ayat tersebut adalah sahabat Usman Ibnu Mazh’un dan Amru Ibnu Ma’dikariba pernah mengatakan bahwa Khamar itu sebenarnya mudah (boleh diminum), keduanya menggunakan surat Al-Maidah ayat 93:Artinya: Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka Makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.Padahal Amru dan Ma’dikariba belum tahu apakah sebabnya ayat tersebut diatas diturunkan. Ayat ini turunya adalah pada saat turunnya ayat yang mengharamkan Khamar, kemudian para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “bagaimanakah nasib bagi saudara-saudara kami yang telah meninggal dunia, sedangkan dalam perut mereka ada minuman khamar (ketika hidup mereka minum khamar), lalu Allah memberitakan bahwa minuman khamar semasa hidupnya sedangkan ayat yang mengharamkan belum turun, telah dianggap tidak berdosa lagi seperti yang tersebut dalam surat Al Maidah ayat 39.Demikianlah jelas bahwa Usman dan Amru tidak mengetahui Asbabun Nuzul surat Al Maidah 93 sehingga hampir saja keduanya menghalalkan khamar yang telah diharamkan Allah.











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Pengertian Asbabun Nuzul.
Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “Asbaba” dan “Nazala”, kata “Asbaba” merupakan jama’ dari kata “Sababa” yang berarti sebab, maka “Asbaba” mempunyai arti sebab-sebab. Sedangkan kata “an-Nuzul” berasal dari kata “Nazala” yang berarti turun. secara Etimologi, asbab An-Nuzul adalah sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.
2.      Cara Mengetahui Asbabun Nuzul.
Asbabun Nuzul tidak bisa diketahui semata-mata dengan akal (rasio), tidak lain mengetahuinya harus berdasarkan riwayat yang shahih dan didengar langsung dari orang-orang yang mengetahui turunnya Al-Qur’an, atau dari orang-orang yang memahami Asbabun Nuzul, lalu mereka menelitinya dengan cermat, baik dari kalangan sahabat, tabi’in atau lainnya dengan catatan pengetahuan mereka diperoleh dari ulama-ulama yang dapat dipercaya.
3.      Sebab-Sebab Turunnya Ayat.
-Asbabun Nuzul yang berupa peristiwa itu sendiri terbagi menjadi 3 macam:
1.Peristiwa berupa pertengkaran.
2.Peristiwa berupa kesalahan yang serius.
3.Peristiwa karena suatu hasrat atau cita-cita
-Sedangkan peristiwa yang berupa pertanyaan dibagi menjadi 3 macam, yaitu:  Pertanyaan tentang masa lalu
1.    Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu
2.    Pertanyaan tentang masa yang akan dating

4.      Beberapa pandangan Ulama tentang Asbabun Nuzul.
Para ulama tidak sepakat mengenai Asbabun Nuzul. Mayoritas ulama tidak memberikan keistemewaan khusus kepada ayat-ayatyang mempunyai riwayat Asbabun Nuzul, karena yang terpenting bagi mereka apa yang tertera didalam redaksi ayat. Jumhur ulama kemudian menetapkan suatu kaidah yaitu:” yang dijadikan pegangan iala keumuman lafal, bukan kekhususan sebab”.

B.     Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritkan dan masukan yang bersifat membangun.










DAFTAR PUSTAKA
Anwar Abu.2009. Ulumul Qur’an. Pekan Baru: Amzah

Muhammad al-Aruzi Abd Qodir, Masalah Takhsish al-Am bi al-Sabab,(t.p.;Jamiah Umm Al-Qur’an,1983).

Sukardi K.D.2002.Belajar mudah ‘ulum Al-Qur’an.Jakarta:PT.Lentera Basritama.




[1] Rosihan Anwar, Ulum Al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 60
[2] Subhi Al-shalih, Mabahits fi’ulum Al-Qur’an, Dar Al-Qalam li al-Malayyin, Bairut, 1988, hlm. 132.
[3] Mohammad Aly Ash Shabuny, Pengantar Study Al-Qur’an(Bandung:P­T.Alma’arif,1996),ha­l 46.
[4] Ibid,hal 30.
[5] Sukardi K.D,Belajar mudah ‘Ulum Al-Qur’an,(Jakarta:P­T.LENTERA BASTRITAMA,2002),Hal­ 130

4 komentar:

  1. Terima kasih artikelnya ya mbak.dan sangat membantu saya mengerjakan tugas diawal semester ini

    BalasHapus
  2. terimakasih , sangat membantu :)

    BalasHapus
  3. Izin copy ya ka untuk saya jadikan ppt tugas saya... Terimakasih

    BalasHapus