MAKALAH STUDY
HADIST II
“BIOGRAFI IMAM AHMAD IBN HAMBAL DAN METODE PENYUSUNAN KITAB MUSNAD AHMAD”
Dosen
pengampu:
Mahbub
Junaidi M.Th.I
Oleh:
1. M.
shorif syafii
2. Ririn
muktamiroh
3. Patimah
waenuseng
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
2015
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha Esa,
berkat limpahan rahmat dan hidayahNya kami bisa menyelesaikan tugas kelompok
ini dengan tepat waktu. Berikut ini
penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Biografi Imam Ahmad ibn Hambal dan metode
penyusunan kitab Musnad Ahmad”, yang menurut
kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita.
Melalui kata pengantar ini kami
lebih dahulu minta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada
kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung
perasaan pembaca.
Dengan ini kami
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT
memberkahi makalah ini sehingga memberi manfaat.
Lamongan, 15 oktober 2015
penulis
i
DAFTAR ISI
kata
pengantar………………………………….…. .. .………………………... i
daftar isi…..……………………………………. . . …………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang……..………...…………………………………………. 1
B.
Rumusan masalah……. . . …..………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Imam Ahmad ibn Hanbal……………………………………… 2
B. Sistematika
dan metode penyusunan kitab Musnad Ahmad……………
5
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
…………………………………………….………………. 8
DAFTAR PUSTAKA. .…………………………….……………………..…… 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam
banyak eksposisi naskah hadist, pola penyajian redaksi hadist itu sebatas
informasidengan penggambaran bersifat in
abstractor terhadap syariat, hal ini jelas memerlukan jasa pensyarahan
terhadap ungkapan tekstualnya yang asli. Dengan melalui pengamatan kearah
dimensi teks di samping dimensi historis sosiologis yang dapat mengantarkan
proses kejadian suatu hadist maka akan bertentangan di hadapan kita bahwa
prosedur kerja bagi pemaknaan ungkapan suatu hadis itu tidaklah sederhana,
melainkan terlentang luas hubungan-hubungan organis dengan berbagai perangkai
ilmu pendukung: bahsa arab klasik, ushul
istinbat(kaidah lughowiyah) dan
lainnya. Bahkan mengingat sifat ilmiah yang harus di rekat pada fenomena yang
diangkat dalam matan hadist, tidak tertutup kemungkinan hubungan
interdisipliner dan multi-disipliner.
Beragam
teknik analisis memang berpeluang untuk dioperasionalkan oleh para pensyarah
dengan memanfaatkan berbagai pendekatan yang ada. Oleh karenanya, adalah sulit
untuk di hindarkan adanya bias dialektis empiris pribadi dari pensyarah yang
terpengaruhi oleh faktor spealisasi
keilmuan, lingkungan kultur, pengalaman individu, dan kadar malakah istinbat (kognitif) yang
bersangkutan.
Kemudian,
guna memperoleh gambaran yang lebih jelas, setidak-tidaknya atas bebebrapa
bagian penting dari uraian tersebut, bab ini akan menampilkan bibliografi salah
satu dari beberapa ulama mutaqaddimin yaitu Ahmad Ibn Hanbal dan metode penyusunan kitab Musnad Ahmad
B.
RUMUSAN MAKALAH
1.
Bagaimanakah Biografi Imam Ahmad Ibn Hanbal?
2.
Bagaimana sistematika dan metode penyusunan kitab Musnad Ahmad?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BIOGRAFI IMAM
AHMAD IBN HANBAL
1.
Riwayat hidup
Imam Ahmad (nama lengkapnya adalah Abu Abdullah
Ahmad Bin Muhamad Bin Hilal Bin Asad Asy-Syaibani Al-Marwasi, di kenal juga
sebagai Imam Hambali) lahir di marw (sat ini bernama mary di trukmenistan,
utara afganistan dan utara iran) pada tanggal 20 rabiul awal 164 H/781 M dan
wafat pada tahun 241 H di kota Baghdad, irak[1].
Ahmad
Bin Hanbal termasuk orang yang sangat teguh pendirian. Hal ini terbukti dalam
menghadapi mihnah (inkuisisi) tentang ke-qadim-an Al-Qur’an yang di lakukan
oleh Khalifah Al-Ma’mun dan kemudian di lanjutkan oleh penggantinya Al-Wasiq pada
tahun 220 H. dalam mihnah tersebut, Ahmad Bin Hanbal memilih menderita dalam
penjara selama28 bulan dengan kaki terborgol serta siksaan yang kejam dari pada
harus menyatakan ke-mahluq-an alqur’an.[2]
Ia
telah mempelajari hadist sejak kecil dan untuk mempelajari hadist ini, ia
pernah pindah atau merantau ke syam (syiria), hijaz , yaman dan Negara-negara
lainnya sehingga ia menjadi tokoh ulama yang bertaqwa, shaleh, dan zuhud. Abu Zur’ah
mengatakan bahwa kitab Ahmad Bin Hanbal yang sebanyak 12 buah sudah hafal di
luar kepala. Imam Syafi’i mengatakan tentang diri Imam Ahmad sebagai
berikut.”setelah saya keluar dari Baghdad, tidak ada orang yang sya tinggalkan
di sana yang lebih terpuji, lebih shaleh dan lebih berilmu dari pada ahmad bin
hanbal.” [3]
2. Riwayat Pendidikan
Imam Ahmad bin Hanbal merupakan sosok ulama yang memiliki
keyakinan yang kuat terhadap dasar-dasar agama. Peranan utama yang sangat patut
diberi penghargaan kepadanya adalah dalam hadis dan bidang fikih. Dua bidang ini ia kuasai dengan baik, sehingga dalam kalangan ulama
fikih ia diposisikan sebagai pendiri mazhab Hambali yang mempunyai
pengikut di berbagai dunia Islam. Sementara para ulama muhaddisin
menempatkannya sebagai ulama hadis yang telah memberikan kontribusi terutama
dalam menyelamatkan hadis dari pemalsuan dan kepunahannya.
Imam Ahmad sejak kecil sudah disekolahkan kepada seorang
ahli qira’at. Ia sudah dapat menghafalkan Alquran di umurnya yang masih
muda. Sejak usia enam belas tahun Ahmad juga belajar hadis untuk pertama
kalinya kepada Abu Yusuf, seorang ahl al-ra’yi dan salah satu sahabat
Abu Hanifah. Tahun 183 H Ahmad ibn Hanbal pergi ke beberapa kota dalam rangka
mencari ilmu. Dia pergi ke Kuffah pada tahun 183 H, kemudian ke Bashrah pada tahun
186 H, ke Makkah pada tahun 187 H, dilanjutkan ke Madinah, Yaman pada tahun 197
H dan terakhir ke Mesapotamia. Selama perjalanannya, Imam Ahmad memusatkan
perhatiannya untuk mencari hadis.
Imam Ahmad sangat mencintai hadis Nabi, sehingga beliau tidak segan-segan
melakukan perjalanan-perjalanan yang jauh untuk mencari hadis. Beliau tidak
memperdulikan penderitaan yang akan dialaminya dalam mencapai maksud tersebut.
Di samping itu ia sangat membenci orang-orang yang mengakui muslim tetapi
perbuatannya banyak menyalahi sunah Nabi. Dari kota Baghdad beliau mulai
mencurahkan perhatiannya untuk belajar dan mencari hadis sekhidmat-khidmatnya,
sejak ia berumur 16 tahun (179 H).
Kondisi kehidupan yang sejak awal sederhana dan
pas-pasan, menjadi salah satu pendorong bagi Ahmad untuk belajar
sungguh-sungguh. Beliau mempunyai keinginan untuk bisa segera mengurangi beban
sang ibu. Di sisi lain pada masa hidupnya, terutama selama di Baghdad, Imam
Ahmad hidup sebagaimana layaknya rakyat jelata, tinggal di tengah-tengah mereka
dan merasakan penderitaan, luka dan duka cita mereka. Beliau juga melihat
banyaknya bidah yang tersebar di masyarakat. Hal itu pulalah yang mendorong
Ahmad untuk pergi ke berbagai wilayah mencari hadis.
Imam Ahmad dapat menghafal hadis satu juta hadis sepanjang hidupnya. Ia juga salah seorang
pelopor dalam sejarah Islam yang mengkombinasikan antara ilmu hadis dan fikih. Namun kiranya belumlah cukup ilmu-ilmu yang didapatnya dari ulama-ulama
Baghdad ini sehingga ia harus berkirim surat kepada ulama-ulama hadis di
beberapa negeri, untuk kepentingan yang sama, yang kemudian diikuti dengan
perantauannya ke kota Mekkah, Madinah, Syam, Yaman, Bashrah dan lain-lain,
sehingga banyak pengetahuannya tentang atsar sahabat dan tabi’in.
Ahmad memiliki sifat
berhati-hati dalam masalah haram dan memiliki memori daya ingat yang sempurna.
Abu Zur’ah berkomentar tentang hapalan dan daya ingatnya yang sangat tinggi
itu, bahwa Imam Ahmad hapal 1.000.000 buah hadis. Oleh karena itu, beliau
dipanggil sebagai Amir al-Mu’minin fi al-Hadits.
Imam Ahmad ibn Hanbal mendapatkan guru hadis kenamaan,
antara lain: Hasyim, Sufyan ibn Uyainah,
Ibrahim ibn Sa’ad, Jarir bin ‘Abd al-Hamid, Yahya ibn Qathan, Imam Syafi’i,
Waqi’, Abu Daud al-Tayalisi, dan Abdurrahman ibn al- Mahdy dan masih banyak
yang lainnya. Adapun ulama-ulama besar yang pernah mengambil ilmu darinya
antara lain, Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud, Abu Zar’ah, Yahya bin Adam, Abdul
Rahman bin Mahdi, Yazid bin Harun, al-Razi, al-Damasyqi, Ibrahim al-Harbi, Abu
Bakr Ahmad bin Hani’ al-Ta’ie, al-Athram, Muhammad bin Ishak al-Shagani, Ibn
Abi al-Dunya dan Ahmad ibn Abi al-Harawimy, Waki’ bin al-Jarrah, Ibnu Mahdi,
Abul Walid, Abdur Razzaq, Yahya ibn Ma’in, Ali ibn al-Madiny dan al-Husai ibn
Manshur.[4]
3.
Kitab-kitab Ahmad Ibn Hanbal
a.
Al-musnad
b.
At-tafsir
c.
An-nasikh wa
al-mansukh
d.
At-tarikh
e.
hadist syu’bah
f.
al-muqaddam wa
al-muakkhar fi al-Quran
g.
al-manasikh
al-kabir
B.
KITAB MUSNAD
AHMAD
1.
Sistematika pembahasan
Imam
Ahmad Bin Hanbal telah menyusun sebuah musnad,
yang di dalamnya terdapat hadist-hadist yang tidak di temukan oleh orang lain.
Musnad ahmad bin hambal ini terdiri dari 6 jilid yang memuat tidak kurang dari
30.000-40.000 hadist yang telah ia seleksi dari 750.000 hadist[6]
Kitab Musnad Ahmad
merupakan salah satu karya monumentalnya Imam Ahmad di bidang hadis yang masih
menjadi rujukan dalam berbagai persoalan umat hingga saat ini. Kitab ini
ditulis pada permulaan abad III H, sebagaimana disebutkan dalam sejarah, bahwa
awal abad III H memang sudah dimulai adanya usaha untuk membersihkan
hadis-hadis dan fatwa-fatwa ulama yang tidak termasuk hadis.
Menurut sebagian ulama, derajat kitab ini berada di bawah
kitab sunan. Adapun peringkat pertama ditempati oleh Sahih al-Bukhari
karya Imam Bukhari, Sahih Muslim karya Imam Muslim, dan al-Muwatta’
karya Imam Malik. Musnad Ahmad termasuk kitab termashur dan terbesar yang disusun pada periode kelima
perkembangan hadis (abad III H). Kitab ini melengkapi dan menghimpun
kitab-kitab hadis yang ada sebelumnya dan merupakan satu kitab yang dapat
memenuhi kebutuhan muslim dalam hal agama dan dunia, pada masanya. Seperti
halnya ulama-ulama abad ketiga semasanya, Ahmad menyusun hadis dalam kitabnya
secara musnad. Hadis-hadis yang terdapat dalam Musnad tersebut
tidak semua riwayat Ahmad, sebagian merupakan tambahan dari putranya yang
bernama Abdullah dan tambahan dari Abu Bakar al-Qat’i.[7]
Para
ulama berbeda pendapat dalam menilai al-musnad.
Sebagai dari mereka seperti abu musa al-madini menyatakan bahwa seluruh hadits
yang termuat di dalamnya adalah shahih dan dapat di jadikan hujjah. Sebagian
yang lain seperti ibnu al-jauri menyatakan bahwa hadits-haditsnya ada yang
shahih dan ada pula yang dha’if, dan bahkan 19 di antaranya termasuk hadits
maudhu’. Al-hariz al-‘Iraqi menambahkan
9 lagi hadits maudhu yang ada dalam kitab Musnad Ahmad Bin Hanbal sehingga
berjumlah 28 hadits.
Apapun penilaian orang lain terhadapnya,
sesungguhnya Ahmad Bin Hanbal telah
berusaha dengan sangat serius agar karya-karyanya itu benar-benar baik, dengan
tidak meriwayatkan kecuali hadits-hadits yang memang tsiqah. Ia sebenarnya
talah berusaha untuk memilah kembali hadis-hadits yang termuat dalam al-musnad,
namun sebelum tuntas ia keburu meninggal dunia.
Sebagai Mahadditsin dan juga Imam
Mujtahid, Ahmad Bin Hanbal diakui telah banyak memberikan sumbangan pemikiran
yang tidak ternilai bagi kemajuan keilmuan islam sesudahnya, baik dalam hadits
maupun dalam fiqih serta yang lain hal ini dapat dibuktikan selain dari
berbagai karyanya di atas, juga dari pokok-pokok ijtihad-nya sebagaimana yang
tertuang dalam dasar-dasar madzhabnya, di antaranya: “teks-teks yang bias di
jadikan dalil dan hujjah adalah teks-teks dari al-qu’an dan hadits marfu’. Dua
jenis teks ini harus didahulukan (dalam hal pengalaman) ketimbang hadits shahih
,pikiran, qiyas, pendapat para sahabat, bahkan ijma’ ulama’. “juga ada
pendapatnya: “jika ada pendapat sahabat yang berbeda satu dengan yang lain maka
harus di pilih mana yang lebih dekat kebenarannya dengan al-qu’an dan sunnah
rasulullah[8]
2.
Metode
penyusunan musnad ahmad
Musnad Ahmad, adalah salah satu kitab
hadis, yang lebih banyak mengumpulkan hadis yang ditakdirkan Allah swt.
terpelihara dengan baik, yang terbesar
yang sudah terkenal dikalangan umat Islam dan sampai ketangan kita sekarang
ini.
Metode penyusunan kitab Musnad
Ahmad jelas berbeda dengan metode penyusunan kitab lainnya. Kalau kitab sunan
dan sahih misalnya, mengurutkan pembahasannya dengan mengacu pada
sistematika fikih, yaitu dimulai dari bab ibadah, pernikahan, muamalah, dan
seterusnya, Musnad tidak demikian. Hadis-hadis dalam Kitab Musnad
disusun berdasarkan riwayat para perawi. Artinya, seluruh hadis yang
diriwayatkan oleh seorang perawi ditampilkan dalam satu bagian, sedangkan
bagian selanjutnya memaparkan himpunan hadis yang diriwayatkan perawi lain.
Berdasarkan versi yang terhimpun dalam Maktabah al-Syamilah, Kitab Musnad Ahmad, berisi
14 bagian, yaitu:
a.
Musnad al-‘Asyrah
al-Mubasyyirin bi al-Jannah (musnad sepuluh sahabat
yang mendapatkan jaminan masuk surga).
b.
Musnad as-Sahabah ba’da
al-‘Asyrah (musnad sahabat yang
selain sepuluh sahabat di atas).
c.
Musnad Ahli al-Bait (musnad sahabat yang tergolong Ahli Bait).
d.
Musnad Bani Hasyim (musnad sahabat yang berasal dari Bani Hasyim).
e.
Musnad al-Muksirin min
as-Sahabah (musnad sahabat yang
banyak meriwayatkan hadis).
f.
Baqi Musnad al-Muksirin (musnad sahabat yang juga banyak meriwayatkan hadis).
g.
Musnad al-Makkiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Mekah).
h.
Musnad al-Madaniyyin (musnad sahabat yang berasal dari Madinah).
i.
Musnad al-Kufiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Kufah).
j.
Musnad asy-Syamiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Syam).
k.
Musnad al-Basriyyin (musnad sahabat yang berasal dari Bashrah).
l.
Musnad al-Ansar (musnad sahabat Ansar).
m.
Baqi Musnad al-Ansar (musnad yang juga berasal dari sahabat Ansar).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Imam Ahmad (nama lengkapnya adalah abu Abdullah
ahmad bin muhamad bin hilal bin asad asy-syaibani al-marwasi, di kenal juga
sebagai imam hambali) lahir di marw (sat ini bernama mary di trukmenistan,
utara afganistan dan utara iran) pada tanggal 20 rabiul awal 164 H/781 M dan
wafat pada tahun 241 H di kota Baghdad, irak
Musnad Ahmad Bin Hanbal ini terdiri dari 6 jilid
yang memuat tidak kurang dari 30.000-40.000 hadist yang telah ia seleksi dari
750.000 hadist. Metode penyusunannaya sebagai berikut
a.
Musnad al-‘Asyrah
al-Mubasyyirin bi al-Jannah (musnad sepuluh sahabat
yang mendapatkan jaminan masuk surga).
b.
Musnad as-Sahabah ba’da
al-‘Asyrah (musnad sahabat yang
selain sepuluh sahabat di atas).
c.
Musnad Ahli al-Bait (musnad sahabat yang tergolong Ahli Bait).
d.
Musnad Bani Hasyim (musnad sahabat yang berasal dari Bani Hasyim).
e.
Musnad al-Muksirin min
as-Sahabah (musnad sahabat yang
banyak meriwayatkan hadis).
f.
Baqi Musnad al-Muksirin (musnad sahabat yang juga banyak meriwayatkan hadis).
g.
Musnad al-Makkiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Mekah).
h.
Musnad al-Madaniyyin (musnad sahabat yang berasal dari Madinah).
i.
Musnad al-Kufiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Kufah).
j.
Musnad asy-Syamiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Syam).
k.
Musnad al-Basriyyin (musnad sahabat yang berasal dari Bashrah).
l.
Musnad al-Ansar (musnad sahabat Ansar).
m.
Baqi Musnad al-Ansar (musnad yang juga berasal dari sahabat Ansar).
n.
Musnad al-Qabail (musnad dari berbagai kabilah atau suku).
DAFTAR
PUSTAKA
Solahuddin
agus. dkk. 2008. Ulumul hadist.
Bandung. pustaka setia.
Suryadilaga
alfatih dkk. 2010. Ulumul hadist. Yogyakarta. sukses
offset.
http://kutaradja92.blogspot.co.id/2014/12/gambaran-umum-kitab-musnad-ahmad-ibn.html.
[1]
Drs. M. agus. Solahuddin m.ag. dkk. Ulumul
hadist.pustaka setia. Bandung. 2008
hal 229
[2]
Dr. m. alfatih suryadilaga, dkk. Ulumul
hadist. sukses offset. Yogyakarta. 2010 .hal 196
[3] Ibid Drs. M. agus. Solahuddin m.ag. dkk.
Hal 229
[4] http://kutaradja92.blogspot.co.id/2014/12/gambaran-umum-kitab-musnad-ahmad-ibn.html. Di kutip pada 09:10.19/10/2015
[5] Ibid Drs.
M. agus. Solahuddin m.ag. dkk hal-230
[6] Ibid Dr.
m. alfatih suryadilaga, dkk. Hal 229
[7] http://kutaradja92.blogspot.co.id/2014/12/gambaran-umum-kitab-musnad-ahmad-ibn.html. Di kutip pada 09:10.19/10/2015
[8] Ibid Dr. m. alfatih suryadilaga, dkk.
Hal 197-198
[9] http://kutaradja92.blogspot.co.id/2014/12/gambaran-umum-kitab-musnad-ahmad-ibn.html. Di kutip pada 09:10.19/10/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar