Minggu, 25 Oktober 2015

MAKALAH STUDY HADIST II “BIOGRAFI IMAM AHMAD IBN HAMBAL DAN METODE PENYUSUNAN KITAB MUSNAD AHMAD”



MAKALAH  STUDY  HADIST II

“BIOGRAFI IMAM AHMAD IBN HAMBAL DAN METODE PENYUSUNAN KITAB MUSNAD AHMAD”









Dosen pengampu:

Mahbub Junaidi M.Th.I



Oleh:

1.    M. shorif syafii

2.    Ririn muktamiroh

3.    Patimah waenuseng



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN

2015


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha Esa, berkat limpahan rahmat dan hidayahNya kami bisa menyelesaikan tugas kelompok ini dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Biografi Imam Ahmad ibn Hambal dan metode penyusunan kitab Musnad Ahmad, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita.

            Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu minta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.

            Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga memberi manfaat.





Lamongan, 15 oktober 2015



penulis



















i



DAFTAR ISI

kata pengantar………………………………….. .. .………………………...     i

daftar isi…..……………………………………. . . ……………………………   ii

 BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar belakang……..………...………………………………………….   1

B.     Rumusan masalah……. . . …..…………………………………………    1

BAB II PEMBAHASAN

A.    Biografi Imam Ahmad ibn Hanbal………………………………………  2

B.      Sistematika dan metode penyusunan kitab Musnad Ahmad……………  5



BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan …………………………………………….…………….   8


 DAFTAR PUSTAKA. .…………………………….……………………..……   9





























ii

BAB I

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dalam banyak eksposisi naskah hadist, pola penyajian redaksi hadist itu sebatas informasidengan penggambaran bersifat in abstractor terhadap syariat, hal ini jelas memerlukan jasa pensyarahan terhadap ungkapan tekstualnya yang asli. Dengan melalui pengamatan kearah dimensi teks di samping dimensi historis sosiologis yang dapat mengantarkan proses kejadian suatu hadist maka akan bertentangan di hadapan kita bahwa prosedur kerja bagi pemaknaan ungkapan suatu hadis itu tidaklah sederhana, melainkan terlentang luas hubungan-hubungan organis dengan berbagai perangkai ilmu pendukung: bahsa arab klasik, ushul istinbat(kaidah lughowiyah) dan lainnya. Bahkan mengingat sifat ilmiah yang harus di rekat pada fenomena yang diangkat dalam matan hadist, tidak tertutup kemungkinan hubungan interdisipliner dan multi-disipliner.
Beragam teknik analisis memang berpeluang untuk dioperasionalkan oleh para pensyarah dengan memanfaatkan berbagai pendekatan yang ada. Oleh karenanya, adalah sulit untuk di hindarkan adanya bias dialektis empiris pribadi dari pensyarah yang terpengaruhi oleh faktor spealisasi  keilmuan, lingkungan kultur, pengalaman individu, dan kadar malakah istinbat (kognitif) yang bersangkutan.
Kemudian, guna memperoleh gambaran yang lebih jelas, setidak-tidaknya atas bebebrapa bagian penting dari uraian tersebut, bab ini akan menampilkan bibliografi salah satu dari beberapa ulama mutaqaddimin yaitu Ahmad Ibn Hanbal dan metode penyusunan kitab Musnad Ahmad

B.     RUMUSAN MAKALAH
1.        Bagaimanakah Biografi Imam Ahmad Ibn Hanbal?
2.         Bagaimana sistematika dan metode penyusunan kitab Musnad Ahmad?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    BIOGRAFI IMAM AHMAD IBN HANBAL
1.      Riwayat hidup
      Imam Ahmad (nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Ahmad Bin Muhamad Bin Hilal Bin Asad Asy-Syaibani Al-Marwasi, di kenal juga sebagai Imam Hambali) lahir di marw (sat ini bernama mary di trukmenistan, utara afganistan dan utara iran) pada tanggal 20 rabiul awal 164 H/781 M dan wafat pada tahun 241 H di kota Baghdad, irak[1].
Ahmad Bin Hanbal termasuk orang yang sangat teguh pendirian. Hal ini terbukti dalam menghadapi mihnah (inkuisisi) tentang ke-qadim-an Al-Qur’an yang di lakukan oleh Khalifah Al-Ma’mun dan kemudian di lanjutkan oleh penggantinya Al-Wasiq pada tahun 220 H. dalam mihnah tersebut, Ahmad Bin Hanbal memilih menderita dalam penjara selama28 bulan dengan kaki terborgol serta siksaan yang kejam dari pada harus menyatakan ke-mahluq-an alqur’an.[2]
            Ia telah mempelajari hadist sejak kecil dan untuk mempelajari hadist ini, ia pernah pindah atau merantau ke syam (syiria), hijaz , yaman dan Negara-negara lainnya sehingga ia menjadi tokoh ulama yang bertaqwa, shaleh, dan zuhud. Abu Zur’ah mengatakan bahwa kitab Ahmad Bin Hanbal yang sebanyak 12 buah sudah hafal di luar kepala. Imam Syafi’i mengatakan tentang diri Imam Ahmad sebagai berikut.”setelah saya keluar dari Baghdad, tidak ada orang yang sya tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shaleh dan lebih berilmu dari pada ahmad bin hanbal.” [3]
2.      Riwayat Pendidikan
            Imam Ahmad bin Hanbal merupakan sosok ulama yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap dasar-dasar agama. Peranan utama yang sangat patut diberi penghargaan kepadanya adalah dalam hadis dan bidang fikih. Dua bidang ini ia kuasai dengan baik, sehingga dalam kalangan ulama fikih ia diposisikan sebagai pendiri mazhab Hambali yang mempunyai pengikut di berbagai dunia Islam. Sementara para ulama muhaddisin menempatkannya sebagai ulama hadis yang telah memberikan kontribusi terutama dalam menyelamatkan hadis dari pemalsuan dan kepunahannya.
            Imam Ahmad sejak kecil sudah disekolahkan kepada seorang ahli qira’at. Ia sudah dapat menghafalkan Alquran di umurnya yang masih muda. Sejak usia enam belas tahun Ahmad juga belajar hadis untuk pertama kalinya kepada Abu Yusuf, seorang ahl al-ra’yi dan salah satu sahabat Abu Hanifah. Tahun 183 H Ahmad ibn Hanbal pergi ke beberapa kota dalam rangka mencari ilmu. Dia pergi ke Kuffah pada tahun 183 H, kemudian ke Bashrah pada tahun 186 H, ke Makkah pada tahun 187 H, dilanjutkan ke Madinah, Yaman pada tahun 197 H dan terakhir ke Mesapotamia. Selama perjalanannya, Imam Ahmad memusatkan perhatiannya untuk mencari hadis.
            Imam Ahmad sangat mencintai hadis Nabi, sehingga beliau tidak segan-segan melakukan perjalanan-perjalanan yang jauh untuk mencari hadis. Beliau tidak memperdulikan penderitaan yang akan dialaminya dalam mencapai maksud tersebut. Di samping itu ia sangat membenci orang-orang yang mengakui muslim tetapi perbuatannya banyak menyalahi sunah Nabi. Dari kota Baghdad beliau mulai mencurahkan perhatiannya untuk belajar dan mencari hadis sekhidmat-khidmatnya, sejak ia berumur 16 tahun (179 H).
Kondisi kehidupan yang sejak awal sederhana dan pas-pasan, menjadi salah satu pendorong bagi Ahmad untuk belajar sungguh-sungguh. Beliau mempunyai keinginan untuk bisa segera mengurangi beban sang ibu. Di sisi lain pada masa hidupnya, terutama selama di Baghdad, Imam Ahmad hidup sebagaimana layaknya rakyat jelata, tinggal di tengah-tengah mereka dan merasakan penderitaan, luka dan duka cita mereka. Beliau juga melihat banyaknya bidah yang tersebar di masyarakat. Hal itu pulalah yang mendorong Ahmad untuk pergi ke berbagai wilayah mencari hadis.
Imam Ahmad dapat menghafal hadis satu juta hadis sepanjang hidupnya. Ia juga salah seorang pelopor dalam sejarah Islam yang mengkombinasikan antara ilmu hadis dan fikih. Namun kiranya belumlah cukup ilmu-ilmu yang didapatnya dari ulama-ulama Baghdad ini sehingga ia harus berkirim surat kepada ulama-ulama hadis di beberapa negeri, untuk kepentingan yang sama, yang kemudian diikuti dengan perantauannya ke kota Mekkah, Madinah, Syam, Yaman, Bashrah dan lain-lain, sehingga banyak pengetahuannya tentang atsar sahabat dan tabi’in.
Ahmad memiliki sifat berhati-hati dalam masalah haram dan memiliki memori daya ingat yang sempurna. Abu Zur’ah berkomentar tentang hapalan dan daya ingatnya yang sangat tinggi itu, bahwa Imam Ahmad hapal 1.000.000 buah hadis. Oleh karena itu, beliau dipanggil sebagai Amir al-Mu’minin fi al-Hadits.
            Imam Ahmad ibn Hanbal mendapatkan guru hadis kenamaan, antara lain: Hasyim,  Sufyan ibn Uyainah, Ibrahim ibn Sa’ad, Jarir bin ‘Abd al-Hamid, Yahya ibn Qathan, Imam Syafi’i, Waqi’, Abu Daud al-Tayalisi, dan Abdurrahman ibn al- Mahdy dan masih banyak yang lainnya. Adapun ulama-ulama besar yang pernah mengambil ilmu darinya antara lain, Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud, Abu Zar’ah, Yahya bin Adam, Abdul Rahman bin Mahdi, Yazid bin Harun, al-Razi, al-Damasyqi, Ibrahim al-Harbi, Abu Bakr Ahmad bin Hani’ al-Ta’ie, al-Athram, Muhammad bin Ishak al-Shagani, Ibn Abi al-Dunya dan Ahmad ibn Abi al-Harawimy, Waki’ bin al-Jarrah, Ibnu Mahdi, Abul Walid, Abdur Razzaq, Yahya ibn Ma’in, Ali ibn al-Madiny dan al-Husai ibn Manshur.[4]
3.    Kitab-kitab Ahmad Ibn Hanbal
a.       Al-musnad
b.      At-tafsir
c.       An-nasikh wa al-mansukh
d.      At-tarikh
e.       hadist syu’bah
f.       al-muqaddam wa al-muakkhar fi al-Quran
g.      al-manasikh al-kabir
h.      al-manasikh al-shahgir, dll.[5]

B.     KITAB MUSNAD AHMAD
1.    Sistematika pembahasan
Imam Ahmad Bin Hanbal telah menyusun sebuah musnad, yang di dalamnya terdapat hadist-hadist yang tidak di temukan oleh orang lain. Musnad ahmad bin hambal ini terdiri dari 6 jilid yang memuat tidak kurang dari 30.000-40.000 hadist yang telah ia seleksi dari 750.000 hadist[6]
Kitab Musnad Ahmad merupakan salah satu karya monumentalnya Imam Ahmad di bidang hadis yang masih menjadi rujukan dalam berbagai persoalan umat hingga saat ini. Kitab ini ditulis pada permulaan abad III H, sebagaimana disebutkan dalam sejarah, bahwa awal abad III H memang sudah dimulai adanya usaha untuk membersihkan hadis-hadis dan fatwa-fatwa ulama yang tidak termasuk hadis.
            Menurut sebagian ulama, derajat kitab ini berada di bawah kitab sunan. Adapun peringkat pertama ditempati oleh Sahih al-Bukhari karya Imam Bukhari, Sahih Muslim karya Imam Muslim, dan al-Muwatta’ karya Imam Malik. Musnad Ahmad termasuk kitab termashur dan terbesar yang disusun pada periode kelima perkembangan hadis (abad III H). Kitab ini melengkapi dan menghimpun kitab-kitab hadis yang ada sebelumnya dan merupakan satu kitab yang dapat memenuhi kebutuhan muslim dalam hal agama dan dunia, pada masanya. Seperti halnya ulama-ulama abad ketiga semasanya, Ahmad menyusun hadis dalam kitabnya secara musnad. Hadis-hadis yang terdapat dalam Musnad tersebut tidak semua riwayat Ahmad, sebagian merupakan tambahan dari putranya yang bernama Abdullah dan tambahan dari Abu Bakar al-Qat’i.[7]
            Para ulama berbeda pendapat dalam menilai al-musnad. Sebagai dari mereka seperti abu musa al-madini menyatakan bahwa seluruh hadits yang termuat di dalamnya adalah shahih dan dapat di jadikan hujjah. Sebagian yang lain seperti ibnu al-jauri menyatakan bahwa hadits-haditsnya ada yang shahih dan ada pula yang dha’if, dan bahkan 19 di antaranya termasuk hadits maudhu’. Al-hariz  al-‘Iraqi menambahkan 9 lagi hadits maudhu yang ada dalam kitab Musnad Ahmad Bin Hanbal sehingga berjumlah 28 hadits.
             Apapun penilaian orang lain terhadapnya, sesungguhnya Ahmad Bin Hanbal  telah berusaha dengan sangat serius agar karya-karyanya itu benar-benar baik, dengan tidak meriwayatkan kecuali hadits-hadits yang memang tsiqah. Ia sebenarnya talah berusaha untuk memilah kembali hadis-hadits yang termuat dalam al-musnad, namun sebelum tuntas ia keburu meninggal dunia.
            Sebagai Mahadditsin dan juga Imam Mujtahid, Ahmad Bin Hanbal diakui telah banyak memberikan sumbangan pemikiran yang tidak ternilai bagi kemajuan keilmuan islam sesudahnya, baik dalam hadits maupun dalam fiqih serta yang lain hal ini dapat dibuktikan selain dari berbagai karyanya di atas, juga dari pokok-pokok ijtihad-nya sebagaimana yang tertuang dalam dasar-dasar madzhabnya, di antaranya: “teks-teks yang bias di jadikan dalil dan hujjah adalah teks-teks dari al-qu’an dan hadits marfu’. Dua jenis teks ini harus didahulukan (dalam hal pengalaman) ketimbang hadits shahih ,pikiran, qiyas, pendapat para sahabat, bahkan ijma’ ulama’. “juga ada pendapatnya: “jika ada pendapat sahabat yang berbeda satu dengan yang lain maka harus di pilih mana yang lebih dekat kebenarannya dengan al-qu’an dan sunnah rasulullah[8]
2.      Metode penyusunan musnad ahmad
Musnad Ahmad, adalah salah satu kitab hadis, yang lebih banyak mengumpulkan hadis yang ditakdirkan Allah swt. terpelihara dengan baik,  yang terbesar yang sudah terkenal dikalangan umat Islam dan sampai ketangan kita sekarang ini.
Metode penyusunan kitab Musnad Ahmad jelas berbeda dengan metode penyusunan kitab lainnya. Kalau kitab sunan dan sahih misalnya, mengurutkan pembahasannya dengan mengacu pada sistematika fikih, yaitu dimulai dari bab ibadah, pernikahan, muamalah, dan seterusnya, Musnad tidak demikian. Hadis-hadis dalam Kitab Musnad disusun berdasarkan riwayat para perawi. Artinya, seluruh hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi ditampilkan dalam satu bagian, sedangkan bagian selanjutnya memaparkan himpunan hadis yang diriwayatkan perawi lain.
            Berdasarkan versi yang terhimpun dalam Maktabah al-Syamilah, Kitab Musnad Ahmad, berisi 14 bagian, yaitu:
a.         Musnad al-‘Asyrah al-Mubasyyirin bi al-Jannah (musnad sepuluh sahabat yang mendapatkan jaminan masuk surga).
b.        Musnad as-Sahabah ba’da al-‘Asyrah (musnad sahabat yang selain sepuluh sahabat di atas).
c.         Musnad Ahli al-Bait (musnad sahabat yang tergolong Ahli Bait).
d.        Musnad Bani Hasyim (musnad sahabat yang berasal dari Bani Hasyim).
e.         Musnad al-Muksirin min as-Sahabah (musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadis).
f.         Baqi Musnad al-Muksirin (musnad sahabat yang juga banyak meriwayatkan hadis).
g.        Musnad al-Makkiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Mekah).
h.        Musnad al-Madaniyyin (musnad sahabat yang berasal dari Madinah).
i.          Musnad al-Kufiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Kufah).
j.          Musnad asy-Syamiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Syam).
k.        Musnad al-Basriyyin (musnad sahabat yang berasal dari Bashrah).
l.          Musnad al-Ansar (musnad sahabat Ansar).
m.      Baqi Musnad al-Ansar (musnad yang juga berasal dari sahabat Ansar).
n.        Musnad al-Qabail (musnad dari berbagai kabilah atau suku).[9]





BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Imam Ahmad (nama lengkapnya adalah abu Abdullah ahmad bin muhamad bin hilal bin asad asy-syaibani al-marwasi, di kenal juga sebagai imam hambali) lahir di marw (sat ini bernama mary di trukmenistan, utara afganistan dan utara iran) pada tanggal 20 rabiul awal 164 H/781 M dan wafat pada tahun 241 H di kota Baghdad, irak
Musnad Ahmad Bin Hanbal ini terdiri dari 6 jilid yang memuat tidak kurang dari 30.000-40.000 hadist yang telah ia seleksi dari 750.000 hadist. Metode penyusunannaya sebagai berikut
a.       Musnad al-‘Asyrah al-Mubasyyirin bi al-Jannah (musnad sepuluh sahabat yang mendapatkan jaminan masuk surga).
b.      Musnad as-Sahabah ba’da al-‘Asyrah (musnad sahabat yang selain sepuluh sahabat di atas).
c.       Musnad Ahli al-Bait (musnad sahabat yang tergolong Ahli Bait).
d.      Musnad Bani Hasyim (musnad sahabat yang berasal dari Bani Hasyim).
e.       Musnad al-Muksirin min as-Sahabah (musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadis).
f.       Baqi Musnad al-Muksirin (musnad sahabat yang juga banyak meriwayatkan hadis).
g.      Musnad al-Makkiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Mekah).
h.      Musnad al-Madaniyyin (musnad sahabat yang berasal dari Madinah).
i.        Musnad al-Kufiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Kufah).
j.        Musnad asy-Syamiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Syam).
k.      Musnad al-Basriyyin (musnad sahabat yang berasal dari Bashrah).
l.        Musnad al-Ansar (musnad sahabat Ansar).
m.    Baqi Musnad al-Ansar (musnad yang juga berasal dari sahabat Ansar).
n.      Musnad al-Qabail (musnad dari berbagai kabilah atau suku).


DAFTAR PUSTAKA
Solahuddin agus. dkk. 2008. Ulumul hadist. Bandung.  pustaka setia.
Suryadilaga alfatih  dkk. 2010. Ulumul hadist. Yogyakarta. sukses offset.
http://kutaradja92.blogspot.co.id/2014/12/gambaran-umum-kitab-musnad-ahmad-ibn.html.



[1] Drs. M. agus. Solahuddin m.ag. dkk. Ulumul hadist.pustaka setia. Bandung. 2008  hal 229
[2] Dr. m. alfatih suryadilaga, dkk. Ulumul hadist. sukses offset. Yogyakarta. 2010 .hal 196
[3] Ibid Drs. M. agus. Solahuddin m.ag. dkk. Hal 229
[4] http://kutaradja92.blogspot.co.id/2014/12/gambaran-umum-kitab-musnad-ahmad-ibn.html.  Di kutip pada 09:10.19/10/2015
[5]  Ibid Drs. M. agus. Solahuddin m.ag. dkk hal-230
[6]  Ibid Dr. m. alfatih suryadilaga, dkk. Hal 229
[7] http://kutaradja92.blogspot.co.id/2014/12/gambaran-umum-kitab-musnad-ahmad-ibn.html.  Di kutip pada 09:10.19/10/2015
[8] Ibid Dr. m. alfatih suryadilaga, dkk. Hal 197-198
[9] http://kutaradja92.blogspot.co.id/2014/12/gambaran-umum-kitab-musnad-ahmad-ibn.html.  Di kutip pada 09:10.19/10/2015
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar