Minggu, 25 Oktober 2015

MAKALAH ULUMUL QUR’AN “ASBABUN NUZUL”



MAKALAH ULUMUL QUR’AN
“ASBABUN NUZUL”



  
  
Dosen Pengampu:
MAHBUB JUNAIDI M.Th I

     Di Susun Kelompok 2:
1. Ana Fadhilatin (14110005)
2. Lailatul Masfufah (14110014)
3. Ririn Muktamiroh (14110035)
4. Rizky Amalia (14110036)




UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2015



KATA PENGANTAR
             Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asbabun ” ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad  SAW. yang telah membimbing kami dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang yakni agama Islam.
Makalah ini memuat pendahuluan, pembahasan, penutup, dan daftar pustaka. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an pada semester III Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam UNISDA Lamongan.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang berperan dalam penyusunan makalah ini.  Dengan menggunakan makalah ini semoga kegiatan belajar dalam memahami materi ini dapat lebih menambah sumber-sumber pengetahuan. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini belum bisa dikatakan mencapai tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu kami butuhkan. Mohon maaf apabila ada kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiiiin.

Lamongan, 10 Oktober 2015

Penulis
   

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………iii
BAB I: PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.........................................................................................1
B.     Rumusan masalah....................................................................................1
C.    Tujuan .....................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN
A.    Pengertian Asbabun Nuzul.......................................................................3
B.     Bagaimana Cara Mengetahui Asbabun Nuzul.........................................3
C.    Sebab-Sebab Turunnya Ayat (Asbabun Nuzul).......................................3
D.    Beberapa Pandangan Ulama Tentang Asbabun Nuzul.………….……..4
E.     Beberapa Contoh Ayat Yang Mempunyai Asbabun Nuzul.……………5

BAB III: PENUTUP
A.    Kesimpulan....................................................................................................7
B.     Kritik dan Saran......... ...................................................................................7

 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................8



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-Qur’an adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur’an sendiri dalam proses penurunannya mengalami banyak proses yang mana dalam penurunannya itu berangsur-angsur dan bermacam-macam nabi menerimanya. Kita mengenal turunnya Al-Qur’an sebagai tanggal 17 Ramadhan. Maka setiap bulan 17 Ramadhan kita mengenal yang namanya Nuzulul Qur’an yaitu hari turunnya Al-Qur’an.
Mengetahui latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, akan menimbulkan perspektif dan menambah khazanah perbendaharaan pengetahuan baru. Dengan mengetahui hal tersebut kita akan lebih memahami arti dan makna ayat-ayat itu dan akan menghilangkan keraguan-keraguan dalam menafsirkannya. Dalam penurunan Al-Qur’an terjadi di dua kota yaitu Madinah dan Mekkah. Surat yang turun di Mekkah disebut dengan Makkiyah sedangkan surat yang turun di Madinah disebut dengan surat Madaniyah.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan rumus­an masalah sebagai berikut :
1.  Apa pengertian dari Asbabun nuzul itu ?
2.  Bagaimana cara mengetahui Asbabun Nuzul?
3.  Sebab-sebab turunnya Asbabun Nuzul?
4.  Bagaimana pandangan para ulama tentang Asbabun Nuzul?
C. Tujuan
1.  Untuk mengetahui pengertian dari Asbabun nuzul itu.
2.  Untuk memahami cara mengetahui dari asbabun nuzul.
3.  Untuk mengetahui  sebab-sebab turunnya  asbabun nuzul.
4.  Untuk mengetahui beberapa pandangan ulama tentang Asbabun Nuzul.
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Asbab An-Nuzul
Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “Asbaba” dan “Nazala”, kata “Asbaba” merupakan jama’ dari kata “Sababa” yang berarti sebab, maka “Asbaba” mempunyai arti sebab-sebab. Sedangkan kata “an-Nuzul” berasal dari kata “Nazala” yang berarti turun. secara Etimologi, asbab An-Nuzul adalah sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.[1]
Sedangkan­ secara terminology yang dirumuskan oleh para ulama, diantaranya adalah:
1)  Menur­ut Az-Zarqoni: “Asbab An-Nuzul” adalah peristiwa atau kejadian yang terjadi serta ada hubungannya dengan turunnya ayat Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada saat itu terjadi.
2)  Ash-­Shabuni “Asbab An-Nuzul” adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
3)    Shubhi­ shalih
         ما نز لت الأ ية أوالا يات بسببه متضمّنة له Ø£ Ùˆ مجيبة أو مبينة لحكمه زمن وقوعه
       Artinya:“Asbab an-Nuzul” adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat Al-Qur’an (ayat-ayat) terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.[2]

Meskipun­ redaksi pendefinisian diatas sedikit berbeda, namun pada intinya asbab an-nuzul adalah kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Qur’an, dalam rangka menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari setiap kejadian. Hal ini mempermudah kita untuk memahami perintah-peirntah dalam Al-Qur’an, karena sudah tentu bahan-bahan sejarah ini melingkupi peristiwa pada masa Al-Qur’an turun.
B. Cara Mengetahui Asbabun Nuzul.[3]
Asbabun Nuzul tidak bisa diketahui semata-mata dengan akal (rasio), tidak lain mengetahuinya harus berdasarkan riwayat yang shahih dan didengar langsung dari orang-orang yang mengetahui turunnya Al-Qur’an, atau dari orang-orang yang memahami Asbabun Nuzul, lalu mereka menelitinya dengan cermat, baik dari kalangan sahabat, tabi’in atau lainnya dengan catatan pengetahuan mereka diperoleh dari ulama-ulama yang dapat dipercaya.
Ibnu Sirin mengatakan “saya pernah bertanya kepada Abidah tentang satu ayat Al-Qur’an, beliau menjawab; Bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah yang benar sebagaimana orang-orang yang mengetahui di mana Al-Qur’an turun”
            Salah satu cara mengetahui Ababun Nuzul berupa riwayat yang shahih adalah apabila perawi sendiri menyatakan lafazh sebab secara tegas, dalam hal ini merupakan nash yang nyata.




C.    Sebab-sebab turunnya Ayat (Asbabun Nuzul)
Mengutip pengertian dari Subhi al-Shaleh kita dapat mengetahui bahwa asbabun nuzul ada kalanya berbentuk peristiwa atau juga berupa pertanyaan, kemudian asbabun nuzul yang berupa peristiwa itu sendiri terbagi menjadi 3 macam:[4]
1.      Peristiwa berupa pertengkaran.
Seperti kisah turunnya surat Ali Imran : 100. Yang bermula dari adanya perselisihan oleh kaum Aus dan Khazraj hingga turun ayat 100. dari surat Ali Imran yang menyerukan untuk menjauhi perselisihan
“ Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang- orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.”
2.  Peristiwa berupa kesalahan yang serius.
Contoh : Saat itu ada seorang Imam sholat dalam keadaam mabuk, sehingga salah mengucapkan surat Al-Kafirun, dan kemudian turunlah surat An-Nisa’ dengan Perintah untuk menjauhi sholat dalam keadaan mabuk.
“  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan....”
3. Peristiwa karena suatu hasrat atau cita-cita.[5]
Ini dicontohkan dari sebagian sahabat Rosulullah yang mempunyai 3 cita-cita besar dan salah satunya adalah permintaan Umar kepada Rosulullah tentang maqam Ibrahim sebagai tempat shalat, lalu turun ayat:
والتخذ وامن مقام ابراهيم مصلّÙ‰


Sedangkan peristiwa yang berupa pertanyaan dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1.        Pertanyaan tentang masa lalu seperti :
ÙˆَÙŠَسْØ£َÙ„ُونَÙƒَ عَÙ† Ø°ِÙŠ الْÙ‚َرْÙ†َÙŠْÙ†ِ Ù‚ُÙ„ْ سَØ£َتْÙ„ُÙˆ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ… Ù…ِّÙ†ْÙ‡ُ Ø°ِÙƒْراً
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya". (QS. Al-Kahfi: 83).
2.      Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu seperti ayat:
ÙˆَÙŠَسْØ£َÙ„ُونَÙƒَ عَÙ†ِ الرُّوحِ Ù‚ُÙ„ِ الرُّوحُ Ù…ِÙ†ْ Ø£َÙ…ْرِ رَبِّÙŠ ÙˆَÙ…َا Ø£ُوتِيتُÙ… Ù…ِّÙ† الْعِÙ„ْÙ…ِ Ø¥ِلاَّ Ù‚َÙ„ِيلاً
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra’ : 85).
3.      Pertanyaan tentang masa yang akan datang
 “(orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya?”
D.    Beberapa pandangan Ulama tentang Asbabun Nuzul
Para ulama tidak sepakat mengenai Asbabun Nuzul. Mayoritas ulama tidak memberikan keistemewaan khusus kepada ayat-ayatyang mempunyai riwayat Asbabun Nuzul, karena yang terpenting bagi mereka apa yang tertera didalam redaksi ayat. Jumhur ulama kemudian menetapkan suatu kaidah yaitu:” yang dijadikan pegangan iala keumuman lafal, bukan kekhususan sebab”. Sedangkan minoritas ulama memandang penting keberadaan riwayat-riwayat Asbabun Nuzul didalam memahami ayat. Golongan ini juga menetapkan suatu kaidah yaitu: “ yang dijadikan pegangan adalah kekhususan sebab, bukan keumuman lafal ”. jumhur ulama berpendapat bahwa ayat-ayat yang diturunkan berdasarkan sebab khusus tetapi diungkapkan dalam bentuk lafal umum. Az-Zarkasyi dalam menghubungkan kekhususan sebab turunnya suatu ayat dengan keumuman bentuk dan rumus kalimatnya. Dia mengatakan “ada kalanya turunnya sebab turunnya ayat bersifat umum”. Ini untuk mengingatkan bahwa didalam lafadz yang bersifat umum terdapat hal yang perlu diperhatikan.
Sebagai contoh, turunnya QS.Al-Maidah (5):38. “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari allah. Dan Allah maha perkasa lagi maha bijaksana. “ayat ini turun berkenaan dengan pencurian sejumlah perhiasan yang dilakukan seseorang pada masa nabi. Mayoritas ulama memahami ayat tersebut berlaku umum, tidak hanya kepada yang menjadi sebab turunnya ayat. Sebaliknya, minoritas mempunyai sisi pandangan lain  mereka berpegang kepada kaida lafal umum, bukan untuk menjelaskan suatu peristiwa atau serba khusus, mengapa tuhan menunda penjelasan-penjelasan hukumnya hingga terjadi peristiwa tersebut. Berbeda dengan pendapat mayoritas ulama yang menolak pendapat kedua dengan alasan bahwa lafal umum iala kalimat baru, dan hokum yang terkandung didalamnya bukan merupakan hubungan kausal dengan peristiwa yang melatarbelakanginya. Bagi kelompok ulama ini kedudukan Asbabun Nuzul ini tidak terlalu penting.
Sebaliknya minoritas ulama menekankan pentingnya riwayat Asbabun Nuzul dengan memberikan contoh tentang Al-Baqarah (2):115, yaitu: “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat , maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah maha luas (Rahmat-Nya) lagi maha mengetahui”. Jika hanya berpegang pada redaksi ayat, maka hukum yang dipahami dari ayat tersebut adalah tidak wajib menghadap kiblat pada waktu sholat, baik dalam keadaan musyafir atau tidak. Pemahaman secara ini jelas keliru karena bertentangan dengan dengan dalil lain dan ijma’ para ulama akan tetapi memperhatikan Asbabun Nuzul ayat tersebut, maka dipahami bahwa ayat itu bukan ditujuhkan kepada orang-orang yang berada pada kondisi biasa atau bebas, tetapi pada orang-orang yang karena sebab tertentu tidak dapat menentukan arah kiblat. Kaidah kedua lebih kontestual, tetapi persoalannya ialah tidak semua ayat-ayat Al-Qur’an mempunyai Asbabun Nuzul jumlahnya sangat terbatas. Sebagian diantaranya tidak shahih, ditambah lagi satu ayat kadang-kadang mempunyai dua atau lebih riwayat Asbabun Nuzul.

E. Beberapa Contoh Ayat Yang Mempunyai Asbabun Nuzul:
1. Asbabu­n Nuzul surat An Nisa’ ayat 51
Sebab-sebab turun ayat ini adalah seorang Yahudi Mandinah bernama Ka’ab Ibnu Asyraf datang berkunjung ke Mekkah. Ia menyaksikan perang Badar dan mendorong orang kafir Quraisy menuntut bela dan memerangi Muhammad SAW. Kemudian orang-orang Quraisy bertanya kepada Ka’ab yang mengetahui Al Kitab (Taurat): “Siapakah yang lebih benar jalannya (siapakah yang berbeda dipihak yang benar ?) apakah Muhammad SAW ?. lalu Ka’ab menjawab: “kalianlah yang benar”, justru ucapan itu, maka Ka’ab telah berdusta dan mendapatkan kutukan oleh Allah SWT terhadap orang-orang berpandangan demikian,kemudian turunlah surat An Nisa’ ayat 51 yang berbunyi:Artinya: Ap­akah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab? mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.
2. Asba­bun Nuzul surat Al Maidah ayat 93
Sebab-sebab turunya ayat tersebut adalah sahabat Usman Ibnu Mazh’un dan Amru Ibnu Ma’dikariba pernah mengatakan bahwa Khamar itu sebenarnya mudah (boleh diminum), keduanya menggunakan surat Al-Maidah ayat 93:Artinya: Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka Makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.Padahal Amru dan Ma’dikariba belum tahu apakah sebabnya ayat tersebut diatas diturunkan. Ayat ini turunya adalah pada saat turunnya ayat yang mengharamkan Khamar, kemudian para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “bagaimanakah nasib bagi saudara-saudara kami yang telah meninggal dunia, sedangkan dalam perut mereka ada minuman khamar (ketika hidup mereka minum khamar), lalu Allah memberitakan bahwa minuman khamar semasa hidupnya sedangkan ayat yang mengharamkan belum turun, telah dianggap tidak berdosa lagi seperti yang tersebut dalam surat Al Maidah ayat 39.Demikianlah jelas bahwa Usman dan Amru tidak mengetahui Asbabun Nuzul surat Al Maidah 93 sehingga hampir saja keduanya menghalalkan khamar yang telah diharamkan Allah.











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Pengertian Asbabun Nuzul.
Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “Asbaba” dan “Nazala”, kata “Asbaba” merupakan jama’ dari kata “Sababa” yang berarti sebab, maka “Asbaba” mempunyai arti sebab-sebab. Sedangkan kata “an-Nuzul” berasal dari kata “Nazala” yang berarti turun. secara Etimologi, asbab An-Nuzul adalah sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.
2.      Cara Mengetahui Asbabun Nuzul.
Asbabun Nuzul tidak bisa diketahui semata-mata dengan akal (rasio), tidak lain mengetahuinya harus berdasarkan riwayat yang shahih dan didengar langsung dari orang-orang yang mengetahui turunnya Al-Qur’an, atau dari orang-orang yang memahami Asbabun Nuzul, lalu mereka menelitinya dengan cermat, baik dari kalangan sahabat, tabi’in atau lainnya dengan catatan pengetahuan mereka diperoleh dari ulama-ulama yang dapat dipercaya.
3.      Sebab-Sebab Turunnya Ayat.
-Asbabun Nuzul yang berupa peristiwa itu sendiri terbagi menjadi 3 macam:
1.Peristiwa berupa pertengkaran.
2.Peristiwa berupa kesalahan yang serius.
3.Peristiwa karena suatu hasrat atau cita-cita
-Sedangkan peristiwa yang berupa pertanyaan dibagi menjadi 3 macam, yaitu:  Pertanyaan tentang masa lalu
1.    Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu
2.    Pertanyaan tentang masa yang akan dating

4.      Beberapa pandangan Ulama tentang Asbabun Nuzul.
Para ulama tidak sepakat mengenai Asbabun Nuzul. Mayoritas ulama tidak memberikan keistemewaan khusus kepada ayat-ayatyang mempunyai riwayat Asbabun Nuzul, karena yang terpenting bagi mereka apa yang tertera didalam redaksi ayat. Jumhur ulama kemudian menetapkan suatu kaidah yaitu:” yang dijadikan pegangan iala keumuman lafal, bukan kekhususan sebab”.

B.     Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritkan dan masukan yang bersifat membangun.










DAFTAR PUSTAKA
Anwar Abu.2009. Ulumul Qur’an. Pekan Baru: Amzah

Muhammad al-Aruzi Abd Qodir, Masalah Takhsish al-Am bi al-Sabab,(t.p.;Jamiah Umm Al-Qur’an,1983).

Sukardi K.D.2002.Belajar mudah ‘ulum Al-Qur’an.Jakarta:PT.Lentera Basritama.




[1] Rosihan Anwar, Ulum Al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 60
[2] Subhi Al-shalih, Mabahits fi’ulum Al-Qur’an, Dar Al-Qalam li al-Malayyin, Bairut, 1988, hlm. 132.
[3] Mohammad Aly Ash Shabuny, Pengantar Study Al-Qur’an(Bandung:P­T.Alma’arif,1996),ha­l 46.
[4] Ibid,hal 30.
[5] Sukardi K.D,Belajar mudah ‘Ulum Al-Qur’an,(Jakarta:P­T.LENTERA BASTRITAMA,2002),Hal­ 130

MAKALAH STUDY HADIST II “BIOGRAFI IMAM AHMAD IBN HAMBAL DAN METODE PENYUSUNAN KITAB MUSNAD AHMAD”



MAKALAH  STUDY  HADIST II

“BIOGRAFI IMAM AHMAD IBN HAMBAL DAN METODE PENYUSUNAN KITAB MUSNAD AHMAD”









Dosen pengampu:

Mahbub Junaidi M.Th.I



Oleh:

1.    M. shorif syafii

2.    Ririn muktamiroh

3.    Patimah waenuseng



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN

2015


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha Esa, berkat limpahan rahmat dan hidayahNya kami bisa menyelesaikan tugas kelompok ini dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Biografi Imam Ahmad ibn Hambal dan metode penyusunan kitab Musnad Ahmad, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita.

            Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu minta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.

            Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga memberi manfaat.





Lamongan, 15 oktober 2015



penulis



















i



DAFTAR ISI

kata pengantar………………………………….. .. .………………………...     i

daftar isi…..……………………………………. . . ……………………………   ii

 BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar belakang……..………...………………………………………….   1

B.     Rumusan masalah……. . . …..…………………………………………    1

BAB II PEMBAHASAN

A.    Biografi Imam Ahmad ibn Hanbal………………………………………  2

B.      Sistematika dan metode penyusunan kitab Musnad Ahmad……………  5



BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan …………………………………………….…………….   8


 DAFTAR PUSTAKA. .…………………………….……………………..……   9





























ii

BAB I

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dalam banyak eksposisi naskah hadist, pola penyajian redaksi hadist itu sebatas informasidengan penggambaran bersifat in abstractor terhadap syariat, hal ini jelas memerlukan jasa pensyarahan terhadap ungkapan tekstualnya yang asli. Dengan melalui pengamatan kearah dimensi teks di samping dimensi historis sosiologis yang dapat mengantarkan proses kejadian suatu hadist maka akan bertentangan di hadapan kita bahwa prosedur kerja bagi pemaknaan ungkapan suatu hadis itu tidaklah sederhana, melainkan terlentang luas hubungan-hubungan organis dengan berbagai perangkai ilmu pendukung: bahsa arab klasik, ushul istinbat(kaidah lughowiyah) dan lainnya. Bahkan mengingat sifat ilmiah yang harus di rekat pada fenomena yang diangkat dalam matan hadist, tidak tertutup kemungkinan hubungan interdisipliner dan multi-disipliner.
Beragam teknik analisis memang berpeluang untuk dioperasionalkan oleh para pensyarah dengan memanfaatkan berbagai pendekatan yang ada. Oleh karenanya, adalah sulit untuk di hindarkan adanya bias dialektis empiris pribadi dari pensyarah yang terpengaruhi oleh faktor spealisasi  keilmuan, lingkungan kultur, pengalaman individu, dan kadar malakah istinbat (kognitif) yang bersangkutan.
Kemudian, guna memperoleh gambaran yang lebih jelas, setidak-tidaknya atas bebebrapa bagian penting dari uraian tersebut, bab ini akan menampilkan bibliografi salah satu dari beberapa ulama mutaqaddimin yaitu Ahmad Ibn Hanbal dan metode penyusunan kitab Musnad Ahmad

B.     RUMUSAN MAKALAH
1.        Bagaimanakah Biografi Imam Ahmad Ibn Hanbal?
2.         Bagaimana sistematika dan metode penyusunan kitab Musnad Ahmad?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    BIOGRAFI IMAM AHMAD IBN HANBAL
1.      Riwayat hidup
      Imam Ahmad (nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Ahmad Bin Muhamad Bin Hilal Bin Asad Asy-Syaibani Al-Marwasi, di kenal juga sebagai Imam Hambali) lahir di marw (sat ini bernama mary di trukmenistan, utara afganistan dan utara iran) pada tanggal 20 rabiul awal 164 H/781 M dan wafat pada tahun 241 H di kota Baghdad, irak[1].
Ahmad Bin Hanbal termasuk orang yang sangat teguh pendirian. Hal ini terbukti dalam menghadapi mihnah (inkuisisi) tentang ke-qadim-an Al-Qur’an yang di lakukan oleh Khalifah Al-Ma’mun dan kemudian di lanjutkan oleh penggantinya Al-Wasiq pada tahun 220 H. dalam mihnah tersebut, Ahmad Bin Hanbal memilih menderita dalam penjara selama28 bulan dengan kaki terborgol serta siksaan yang kejam dari pada harus menyatakan ke-mahluq-an alqur’an.[2]
            Ia telah mempelajari hadist sejak kecil dan untuk mempelajari hadist ini, ia pernah pindah atau merantau ke syam (syiria), hijaz , yaman dan Negara-negara lainnya sehingga ia menjadi tokoh ulama yang bertaqwa, shaleh, dan zuhud. Abu Zur’ah mengatakan bahwa kitab Ahmad Bin Hanbal yang sebanyak 12 buah sudah hafal di luar kepala. Imam Syafi’i mengatakan tentang diri Imam Ahmad sebagai berikut.”setelah saya keluar dari Baghdad, tidak ada orang yang sya tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shaleh dan lebih berilmu dari pada ahmad bin hanbal.” [3]
2.      Riwayat Pendidikan
            Imam Ahmad bin Hanbal merupakan sosok ulama yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap dasar-dasar agama. Peranan utama yang sangat patut diberi penghargaan kepadanya adalah dalam hadis dan bidang fikih. Dua bidang ini ia kuasai dengan baik, sehingga dalam kalangan ulama fikih ia diposisikan sebagai pendiri mazhab Hambali yang mempunyai pengikut di berbagai dunia Islam. Sementara para ulama muhaddisin menempatkannya sebagai ulama hadis yang telah memberikan kontribusi terutama dalam menyelamatkan hadis dari pemalsuan dan kepunahannya.
            Imam Ahmad sejak kecil sudah disekolahkan kepada seorang ahli qira’at. Ia sudah dapat menghafalkan Alquran di umurnya yang masih muda. Sejak usia enam belas tahun Ahmad juga belajar hadis untuk pertama kalinya kepada Abu Yusuf, seorang ahl al-ra’yi dan salah satu sahabat Abu Hanifah. Tahun 183 H Ahmad ibn Hanbal pergi ke beberapa kota dalam rangka mencari ilmu. Dia pergi ke Kuffah pada tahun 183 H, kemudian ke Bashrah pada tahun 186 H, ke Makkah pada tahun 187 H, dilanjutkan ke Madinah, Yaman pada tahun 197 H dan terakhir ke Mesapotamia. Selama perjalanannya, Imam Ahmad memusatkan perhatiannya untuk mencari hadis.
            Imam Ahmad sangat mencintai hadis Nabi, sehingga beliau tidak segan-segan melakukan perjalanan-perjalanan yang jauh untuk mencari hadis. Beliau tidak memperdulikan penderitaan yang akan dialaminya dalam mencapai maksud tersebut. Di samping itu ia sangat membenci orang-orang yang mengakui muslim tetapi perbuatannya banyak menyalahi sunah Nabi. Dari kota Baghdad beliau mulai mencurahkan perhatiannya untuk belajar dan mencari hadis sekhidmat-khidmatnya, sejak ia berumur 16 tahun (179 H).
Kondisi kehidupan yang sejak awal sederhana dan pas-pasan, menjadi salah satu pendorong bagi Ahmad untuk belajar sungguh-sungguh. Beliau mempunyai keinginan untuk bisa segera mengurangi beban sang ibu. Di sisi lain pada masa hidupnya, terutama selama di Baghdad, Imam Ahmad hidup sebagaimana layaknya rakyat jelata, tinggal di tengah-tengah mereka dan merasakan penderitaan, luka dan duka cita mereka. Beliau juga melihat banyaknya bidah yang tersebar di masyarakat. Hal itu pulalah yang mendorong Ahmad untuk pergi ke berbagai wilayah mencari hadis.
Imam Ahmad dapat menghafal hadis satu juta hadis sepanjang hidupnya. Ia juga salah seorang pelopor dalam sejarah Islam yang mengkombinasikan antara ilmu hadis dan fikih. Namun kiranya belumlah cukup ilmu-ilmu yang didapatnya dari ulama-ulama Baghdad ini sehingga ia harus berkirim surat kepada ulama-ulama hadis di beberapa negeri, untuk kepentingan yang sama, yang kemudian diikuti dengan perantauannya ke kota Mekkah, Madinah, Syam, Yaman, Bashrah dan lain-lain, sehingga banyak pengetahuannya tentang atsar sahabat dan tabi’in.
Ahmad memiliki sifat berhati-hati dalam masalah haram dan memiliki memori daya ingat yang sempurna. Abu Zur’ah berkomentar tentang hapalan dan daya ingatnya yang sangat tinggi itu, bahwa Imam Ahmad hapal 1.000.000 buah hadis. Oleh karena itu, beliau dipanggil sebagai Amir al-Mu’minin fi al-Hadits.
            Imam Ahmad ibn Hanbal mendapatkan guru hadis kenamaan, antara lain: Hasyim,  Sufyan ibn Uyainah, Ibrahim ibn Sa’ad, Jarir bin ‘Abd al-Hamid, Yahya ibn Qathan, Imam Syafi’i, Waqi’, Abu Daud al-Tayalisi, dan Abdurrahman ibn al- Mahdy dan masih banyak yang lainnya. Adapun ulama-ulama besar yang pernah mengambil ilmu darinya antara lain, Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud, Abu Zar’ah, Yahya bin Adam, Abdul Rahman bin Mahdi, Yazid bin Harun, al-Razi, al-Damasyqi, Ibrahim al-Harbi, Abu Bakr Ahmad bin Hani’ al-Ta’ie, al-Athram, Muhammad bin Ishak al-Shagani, Ibn Abi al-Dunya dan Ahmad ibn Abi al-Harawimy, Waki’ bin al-Jarrah, Ibnu Mahdi, Abul Walid, Abdur Razzaq, Yahya ibn Ma’in, Ali ibn al-Madiny dan al-Husai ibn Manshur.[4]
3.    Kitab-kitab Ahmad Ibn Hanbal
a.       Al-musnad
b.      At-tafsir
c.       An-nasikh wa al-mansukh
d.      At-tarikh
e.       hadist syu’bah
f.       al-muqaddam wa al-muakkhar fi al-Quran
g.      al-manasikh al-kabir
h.      al-manasikh al-shahgir, dll.[5]

B.     KITAB MUSNAD AHMAD
1.    Sistematika pembahasan
Imam Ahmad Bin Hanbal telah menyusun sebuah musnad, yang di dalamnya terdapat hadist-hadist yang tidak di temukan oleh orang lain. Musnad ahmad bin hambal ini terdiri dari 6 jilid yang memuat tidak kurang dari 30.000-40.000 hadist yang telah ia seleksi dari 750.000 hadist[6]
Kitab Musnad Ahmad merupakan salah satu karya monumentalnya Imam Ahmad di bidang hadis yang masih menjadi rujukan dalam berbagai persoalan umat hingga saat ini. Kitab ini ditulis pada permulaan abad III H, sebagaimana disebutkan dalam sejarah, bahwa awal abad III H memang sudah dimulai adanya usaha untuk membersihkan hadis-hadis dan fatwa-fatwa ulama yang tidak termasuk hadis.
            Menurut sebagian ulama, derajat kitab ini berada di bawah kitab sunan. Adapun peringkat pertama ditempati oleh Sahih al-Bukhari karya Imam Bukhari, Sahih Muslim karya Imam Muslim, dan al-Muwatta’ karya Imam Malik. Musnad Ahmad termasuk kitab termashur dan terbesar yang disusun pada periode kelima perkembangan hadis (abad III H). Kitab ini melengkapi dan menghimpun kitab-kitab hadis yang ada sebelumnya dan merupakan satu kitab yang dapat memenuhi kebutuhan muslim dalam hal agama dan dunia, pada masanya. Seperti halnya ulama-ulama abad ketiga semasanya, Ahmad menyusun hadis dalam kitabnya secara musnad. Hadis-hadis yang terdapat dalam Musnad tersebut tidak semua riwayat Ahmad, sebagian merupakan tambahan dari putranya yang bernama Abdullah dan tambahan dari Abu Bakar al-Qat’i.[7]
            Para ulama berbeda pendapat dalam menilai al-musnad. Sebagai dari mereka seperti abu musa al-madini menyatakan bahwa seluruh hadits yang termuat di dalamnya adalah shahih dan dapat di jadikan hujjah. Sebagian yang lain seperti ibnu al-jauri menyatakan bahwa hadits-haditsnya ada yang shahih dan ada pula yang dha’if, dan bahkan 19 di antaranya termasuk hadits maudhu’. Al-hariz  al-‘Iraqi menambahkan 9 lagi hadits maudhu yang ada dalam kitab Musnad Ahmad Bin Hanbal sehingga berjumlah 28 hadits.
             Apapun penilaian orang lain terhadapnya, sesungguhnya Ahmad Bin Hanbal  telah berusaha dengan sangat serius agar karya-karyanya itu benar-benar baik, dengan tidak meriwayatkan kecuali hadits-hadits yang memang tsiqah. Ia sebenarnya talah berusaha untuk memilah kembali hadis-hadits yang termuat dalam al-musnad, namun sebelum tuntas ia keburu meninggal dunia.
            Sebagai Mahadditsin dan juga Imam Mujtahid, Ahmad Bin Hanbal diakui telah banyak memberikan sumbangan pemikiran yang tidak ternilai bagi kemajuan keilmuan islam sesudahnya, baik dalam hadits maupun dalam fiqih serta yang lain hal ini dapat dibuktikan selain dari berbagai karyanya di atas, juga dari pokok-pokok ijtihad-nya sebagaimana yang tertuang dalam dasar-dasar madzhabnya, di antaranya: “teks-teks yang bias di jadikan dalil dan hujjah adalah teks-teks dari al-qu’an dan hadits marfu’. Dua jenis teks ini harus didahulukan (dalam hal pengalaman) ketimbang hadits shahih ,pikiran, qiyas, pendapat para sahabat, bahkan ijma’ ulama’. “juga ada pendapatnya: “jika ada pendapat sahabat yang berbeda satu dengan yang lain maka harus di pilih mana yang lebih dekat kebenarannya dengan al-qu’an dan sunnah rasulullah[8]
2.      Metode penyusunan musnad ahmad
Musnad Ahmad, adalah salah satu kitab hadis, yang lebih banyak mengumpulkan hadis yang ditakdirkan Allah swt. terpelihara dengan baik,  yang terbesar yang sudah terkenal dikalangan umat Islam dan sampai ketangan kita sekarang ini.
Metode penyusunan kitab Musnad Ahmad jelas berbeda dengan metode penyusunan kitab lainnya. Kalau kitab sunan dan sahih misalnya, mengurutkan pembahasannya dengan mengacu pada sistematika fikih, yaitu dimulai dari bab ibadah, pernikahan, muamalah, dan seterusnya, Musnad tidak demikian. Hadis-hadis dalam Kitab Musnad disusun berdasarkan riwayat para perawi. Artinya, seluruh hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi ditampilkan dalam satu bagian, sedangkan bagian selanjutnya memaparkan himpunan hadis yang diriwayatkan perawi lain.
            Berdasarkan versi yang terhimpun dalam Maktabah al-Syamilah, Kitab Musnad Ahmad, berisi 14 bagian, yaitu:
a.         Musnad al-‘Asyrah al-Mubasyyirin bi al-Jannah (musnad sepuluh sahabat yang mendapatkan jaminan masuk surga).
b.        Musnad as-Sahabah ba’da al-‘Asyrah (musnad sahabat yang selain sepuluh sahabat di atas).
c.         Musnad Ahli al-Bait (musnad sahabat yang tergolong Ahli Bait).
d.        Musnad Bani Hasyim (musnad sahabat yang berasal dari Bani Hasyim).
e.         Musnad al-Muksirin min as-Sahabah (musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadis).
f.         Baqi Musnad al-Muksirin (musnad sahabat yang juga banyak meriwayatkan hadis).
g.        Musnad al-Makkiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Mekah).
h.        Musnad al-Madaniyyin (musnad sahabat yang berasal dari Madinah).
i.          Musnad al-Kufiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Kufah).
j.          Musnad asy-Syamiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Syam).
k.        Musnad al-Basriyyin (musnad sahabat yang berasal dari Bashrah).
l.          Musnad al-Ansar (musnad sahabat Ansar).
m.      Baqi Musnad al-Ansar (musnad yang juga berasal dari sahabat Ansar).
n.        Musnad al-Qabail (musnad dari berbagai kabilah atau suku).[9]





BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Imam Ahmad (nama lengkapnya adalah abu Abdullah ahmad bin muhamad bin hilal bin asad asy-syaibani al-marwasi, di kenal juga sebagai imam hambali) lahir di marw (sat ini bernama mary di trukmenistan, utara afganistan dan utara iran) pada tanggal 20 rabiul awal 164 H/781 M dan wafat pada tahun 241 H di kota Baghdad, irak
Musnad Ahmad Bin Hanbal ini terdiri dari 6 jilid yang memuat tidak kurang dari 30.000-40.000 hadist yang telah ia seleksi dari 750.000 hadist. Metode penyusunannaya sebagai berikut
a.       Musnad al-‘Asyrah al-Mubasyyirin bi al-Jannah (musnad sepuluh sahabat yang mendapatkan jaminan masuk surga).
b.      Musnad as-Sahabah ba’da al-‘Asyrah (musnad sahabat yang selain sepuluh sahabat di atas).
c.       Musnad Ahli al-Bait (musnad sahabat yang tergolong Ahli Bait).
d.      Musnad Bani Hasyim (musnad sahabat yang berasal dari Bani Hasyim).
e.       Musnad al-Muksirin min as-Sahabah (musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadis).
f.       Baqi Musnad al-Muksirin (musnad sahabat yang juga banyak meriwayatkan hadis).
g.      Musnad al-Makkiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Mekah).
h.      Musnad al-Madaniyyin (musnad sahabat yang berasal dari Madinah).
i.        Musnad al-Kufiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Kufah).
j.        Musnad asy-Syamiyyin (musnad sahabat yang berasal dari Syam).
k.      Musnad al-Basriyyin (musnad sahabat yang berasal dari Bashrah).
l.        Musnad al-Ansar (musnad sahabat Ansar).
m.    Baqi Musnad al-Ansar (musnad yang juga berasal dari sahabat Ansar).
n.      Musnad al-Qabail (musnad dari berbagai kabilah atau suku).


DAFTAR PUSTAKA
Solahuddin agus. dkk. 2008. Ulumul hadist. Bandung.  pustaka setia.
Suryadilaga alfatih  dkk. 2010. Ulumul hadist. Yogyakarta. sukses offset.
http://kutaradja92.blogspot.co.id/2014/12/gambaran-umum-kitab-musnad-ahmad-ibn.html.



[1] Drs. M. agus. Solahuddin m.ag. dkk. Ulumul hadist.pustaka setia. Bandung. 2008  hal 229
[2] Dr. m. alfatih suryadilaga, dkk. Ulumul hadist. sukses offset. Yogyakarta. 2010 .hal 196
[3] Ibid Drs. M. agus. Solahuddin m.ag. dkk. Hal 229
[4] http://kutaradja92.blogspot.co.id/2014/12/gambaran-umum-kitab-musnad-ahmad-ibn.html.  Di kutip pada 09:10.19/10/2015
[5]  Ibid Drs. M. agus. Solahuddin m.ag. dkk hal-230
[6]  Ibid Dr. m. alfatih suryadilaga, dkk. Hal 229
[7] http://kutaradja92.blogspot.co.id/2014/12/gambaran-umum-kitab-musnad-ahmad-ibn.html.  Di kutip pada 09:10.19/10/2015
[8] Ibid Dr. m. alfatih suryadilaga, dkk. Hal 197-198
[9] http://kutaradja92.blogspot.co.id/2014/12/gambaran-umum-kitab-musnad-ahmad-ibn.html.  Di kutip pada 09:10.19/10/2015